Pengetahuan yang Membangun Karakter

Blog ini berisi materi-materi perkuliahan, pengalaman pribadi, percintaan dan berbagai artikel menarik yang terangkum menjadi sebuah pengetahuan yang bisa membangun karakter

Jumat, 12 November 2010

Cinta yang Terpendam


Mendengar tentang "cinta yang terpendam", dalam benak saya terlintas sosok seorang sahabat saya yang dalam 3 tahun terakhir ini hidup dalam dilema cinta terpendam yang sedikit banyak menguras hati dan pikirannya. Sebut saja namanya X (seorang lelaki muda dan masih berstatus sebagai mahasiswa), dia mencinta teman kuliahnya yang kebetulan menjadi sahabat baiknya, kemana-mana selalu bersama, kuliah bareng, pulang bareng, jalan-jalan bareng, persekutuan bareng dan segudang aktivitas lainnya yang dilakukan berdua. Secara sepintas pastilah orang berpikir kalau mereka berdua pacaran dan terlihat sebagai pasangan yang serasi dan kompak. Namun kenyataannya mereka hanya bersahabat. Sahabat saya ini memang mencintai (bahkan bisa dibilang cinta mati) sama sahabatnya ini tapi takut mengungkapkan cintanya, ia takut kalau perasaan cintanya ini dapat merusak hubungan persahabatan yang sudah terjalin indah. Bahkan dia pernah mengatakan pada saya lebih baik cintanya dipendam dan ia sudah cukup puas dengan persahabatan mereka. Bisa dibayangkan, betapa pasrahnya teman saya ini. Kisah ini hanya merupakan sebagian kecil kisah cinta yang terpendam dan masih banyak lagi kisah-kisah yang serupa yang bahkan sudah sering difilmkan dengan ending yang berbeda-beda tergantung sutradara filmnya. Kisah ini membuka pikiran saya untuk berpikir lebih jauh tentang masalah cinta yang terpendam ini. Saya pernah berkata pada sahabat saya kalau dia tidak berani menghadapi kenyataan yang ada, kalah sebelum berperang. Sejatinya cinta itu harus dikatakan biar orang yang kita cintai mengetahui perasaan kita dan bisa merespon perasaan cinta kita. Cinta itu harus berjalan dua arah, bukan sepihak, karena kalau sepihak saja maka akan terjadi 'kelumpuhan cinta" yang menggores hati. Sebagai pecinta sejati harusnya kita berani menanggung segala risiko yang ada dan tetap tegar menjalani cinta itu sebab cinta memang tidak dapat dipaksakan. Mungkin kita akan mengalami sedikit kedukaan kalau cinta kita bertepuk sebelah tangan, namun lebih baik begitu daripada menderita batin menanggung duka cinta yang terpendam entah sampai kapan. Dari segi psikologi pun hal ini tidak baik sebab sesuatu yang terpendam lama-lama bisa menjadi potensi stress dan penyakit. Tentunya sulit untuk dilakukan dalam kehidupan nyata kita, tergantung konteks cinta kita namun tidak ada salahnya tuk berkata jujur terhadap perasaan kita. Ingatlah pepatah ini "hak kita untuk mencinta seseorang tapi bukan kewajiban orang tersebut untuk mencinta kita, tergantung rasa yang timbul" untuk menguatkan kita ketika menghadapi pilihan mengatakan cinta ataukah memendam cinta. Selamat Mencoba.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda