Pengetahuan yang Membangun Karakter

Blog ini berisi materi-materi perkuliahan, pengalaman pribadi, percintaan dan berbagai artikel menarik yang terangkum menjadi sebuah pengetahuan yang bisa membangun karakter

Senin, 15 November 2010

Kerukunan antar Kakak dan Adik


Sekilas judul tulisan ini terasa begitu simple dan tidak bermakna apa-apa bila dibandingkan dengan hal yang lebih besar dan penting, misalnya kerukunan antar sesama umat beragama, kerukunan antar etnis dan lain sebagainya yang sangat penting guna menjaga keharmonisan antar sesama anak bangsa di negara tercinta kita ini. Tapi ketika kita meluangkan waktu sejenak untuk merefleksikan kehidupan kita sehari-hari dengan melihat issue-issue yang sederhana disekeliling kita, maka kita akan menemukan betapa pentingnya kerukunan antar kakak dan adik dapat mempengaruhi pola perilaku kita dan dapat mencerminkan bagaimana sikap kita terhadap orang lain disekeliling kita.
Memiliki keluarga yang ideal dan harmonis adalah dambaan setiap insan dimuka bumi ini, termasuk memiliki kakak atau adik yang baik, penyayang, mau mengerti dan menghormati saudara-saudaranya. Berbahagialah orang yang ketika membaca tulisan ini serta merenungkan dan mendapati bahwa kakak atau adiknya merupakan tipe ideal yang menjadi dambaan. Meskipun tidak dapat dipungkiri sering terjadi konflik kecil, sedikit iri hati, cemburu dengan perhatian orang tua yang terasa tidak adil, keegoisan, dan faktor-faktor lainnya yang kerap mewarnai hubungan persaudaraan, namun sebatas itu hanya bersifat situasional dan tidak berkepanjangan dan tidak melewati batas-batas norma kesopanan maka itu tidak menjadi persoalan besar dalam kerukunan antar kakak dan adik. Bisa dikatakan itu merupakan kerikil-kerikil kecil yang mengganjal, tapi bukankah itu juga diperlukan? Jadi teringat apa yang dikatakan dosen saya beberapa waktu yang lalu, “konflik itu juga dibutuhkan dalam hidup kita, sebab apabila hidup kita datar-datar saja, itu juga tidak baik, selama konflik itu bisa diatasi dan tidak terlalu merugikan, itu merupakan sarana pembelajaran dan lebih membentuk kepribadian kita”. Lagian mendambakan hidup tanpa konflik juga merupakan suatu hal yang mustahil.
Sejauh ini, semuanya terlihat sah-sah saja, namun bagaimana dengan orang yang ketika membaca dan merenungkan tulisan ini, mendapati bahwa hubungan kerukunan antar kakak dan adik yang dialaminya tidak harmonis dan tidak seperti yang didambakan bahkan menjurus kearah permusuhan, dendam berkepanjangan, sakit hati dan lain sebagainya. Sebagai contoh nyata, saya akan menceritakan sebuah kisah hubungan kakak dan adik. Sebut saja nama kakaknya X dan adiknya Y (jadi teringat sumbu X dan Y ketika pelajaran matematika SMA dulu). Si kakak adalah tipe orang yang sabar, pendiam, selalu mengalah, sedangkan adiknya adalah tipe orang yang pemarah, egois, ringan tangan dan kasar. Bisa dibayangkan kalau bertengkar maka pastilah kakaknya selalu mengalah dan menjadi sasaran empuk dari si adik yang cenderung ringan tangan. Bisa dikatakan kakaknya selalu menempatkan diri menjadi sosok yang selalu mengalah dan sedapat mungkin selalu mengikuti kemauan si adik yang terkadang terlihat egois dimata saya namun sebagai kakak yang baik, X selalu saying dan mengalah dengan adiknya. Namun hal ini tidak disadari dan dimanfaatkan sebagai kelemahan yang bisa terus dieksploitasi oleh sang adik. Dia selalu baik dan saying sama kakaknya kalau ada maunya, tapi ketika tidak ada maunya maka sifat kasar dan ringan tangannya mulai keluar. Seringkali si adik ringan tangan dengan kakaknya hanya karena masalah sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik tanpa harus ada airmata dan pelemparan barang-barang bak adegan-adegan sinetron.
Kisah diatas hanya bagian kecil dari penggalan kisah-kisah ketidakharmonisan antara kakak dan adik yang kebetulan terekam dalam benak saya, tentu masih banyak kisah-kisah lainnya yang mencerminkan hal serupa. Menghadapi hal seperti ini pastilah sangat melukai perasaan kita (apabila kita berada dalam posisi si kakak) sedangkan apabila kita berada diposisi di adik (bisa jadi kita merasa diri superior dan hebat), namun pernahkan kita sejenak melihat dan merenungkan diri kita bukan dari kacamata orang lain melainkan dari sudut yang berbeda dalam diri kita.
Sudah tentu dari kacamata orang lain, kita adalah contoh saudara yang buruk dan mungkin saja orang kita ingin memiliki saudara seperti kita (apabila kita si adik) dan mungkin orang akan menilai kita lemah (apabila kita si kakak) dan masih banyak persepsi-persepsi lurus ataupun miring lainnya tentang kita.
Saya ingin mengajak kita untuk sejenak melihat diri kita dari sudut yang berbeda dalam diri kita. Ketika kita menempatkan diri kita sebagai seorang kakak maupun adik yang tidak bisa membina keharmonisan dengan saudara kita dan cenderung menciptakan masalah bahkan sampai menjurus ketindak kekerasan yang bisa menimbulkan dendam, sebenarnya pada saat itu kita mencerminkan sikap kita yang tidak bisa menekan ego dan tidak bisa menerima kekalahan dan lebih mementingkan diri kita ketimbang kepentingan orang lain. Ketika kita menempatkan diri kita seperti itu, kita menjadi orang yang tidak mau mendengarkan orang lain dan mencerminkan lemahnya kemampuan kita untuk membangun kerukunan dengan orang lain. Idealnya orang akan berpikir bahwa dengan kakak dan adik saja kita tidak bisa menciptakan hubungan harmonis yang mencerminkan kerukunan, bagaimana jadinya peran kita dalam menciptakan keharmonisan antar sesama umat beragama dan lainnya dapat terwujud?
Namun ada kenyataan lain dimana seseorang yang tidak rukun dengan kakak dan adiknya justru dapat rukun dengan orang lain (entah itu sahabat, pacar, teman dan lainnya). Sungguh disayangkan kalau itu yang terjadi. Kita menjadi orang yang ideal bagi orang lain, namun tidak bagi kakak dan adik kita. Ingatlah bahwa keluarga kita, termasuk didalamnya kakak dan adik kita, mereka itulah yang akan tetap setia (apabila dari awal hubungan yang kita ciptakan harmonis dan rukun) disaat orang lain berpaling dari kita. Tentunya itulah yang diharapkan, namun semuanya tergantung watak dan kepribadian masing-masing kita juga. Pilihannya ada ditangan kita. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita dalam menciptakan kerukunan antar kakak dan adik yang kita jalani. Do the best.

1 Komentar:

Blogger Cahyo Widodo ARTis mengatakan...

sangat bermanfaat.....

24 Agustus 2013 pukul 07.00  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda